Kamis, 27 September 2012

Debu Pesisir Menunggu Sang Angin

Hari ini aku tak tau apa yang sedang ada dalam benakku. Ketika angan ku terkena formalin kebangsatan dunia ini. Mayat hidup yang terus berjalan menyelusuri lorong demi lorong kehidupan. “Aku mau hidup seribu tahun lagi” sebuah kalimat yang tersirat dalam puisi chairil amwar ini rasanya tak pantas menjelma di Era kemunafikan hidup ini. Aku ingin menari bagai sitren yang begitu lembutnya. Membuat mata pengunjung terpesona. Kaca mata hitam yang dipakainya membuat dia seakan tak peduli siapa yang ada di depannya, yang dia lakukan hanya menari dan menari dengan elok.
Terlihat didepanku amplop berwarna biru kusam, sudah 1 minggu amplop itu berada dimeja belajar kamar kos ku. Setiap hari hanya aku pegang dan ku tangisi tanpa ku mau membacanya.
“Aira, kenapa kamu belum juga membaca isi amplop itu” tanya april mengagetkan lamunanku.
“aku tak sanggup membacanya, aku ingin merobek surat ini. Tapi kenapa tidak sanggup.”tetesan airmataku mengiringi perkataanku.
“sudahlah Aira, kamu coba baca saja surat ini. Barangkali isinya penting buat kamu. Mungkin Yafi ingin mengatakan sesuatu untuk kamu Aira. Apa kamu mau surat ini aku bacakan untukmu?” tanyanya sambil memeluk tubuhku.
Aku hanya menganggukan kepala kecil sebagai isyarat. Aku rebahkan tubuhku dipangkuan April. April mulai membuka isi Amplop itu. Ku lihat kertasnya yang lusuh. Ku lirik goresan tulisanya masih sama seperti dulu. Tulisan yang sulit dibaca, gaya tulisannya yang tegak bersambung.






Untuk : Aira ku tersayang
                Di Debu pesisir cintaku

Assalamu’alaikum,
Lengkung bibirku tak mampu mengucap, aku terlalu malu padamu. Sudah 3 tahun lamanya aku meninggalkanmu.bagaimana sekarang keadaanmu? Masih sama seperti dulu?
Aira yang mampu membuat orang lain tersenyum. Aku dengar dari Anto sekarang kamu sangat pendiam. Tidak lagi seceriah dulu. Mungkin kamu sekarang sudah banyak berubah Aira. Apa ini semua karena aku?
Aku seorang laki-laki brengsek.  Aku lari dalam tanggung jawabku. Ku tinggalkan benih itu dalam perutmu tanpa q bertanggung jawab dan ku pergi entah kemana. 1000 Kata ma’af mungkin takkan bisa mema’afkan salah ku. Waktu itu umurku masih 18 tahun. Aku belum mampu bertanggung jawab. Aku muak dengan diriku Aira. Aku malu jika harus bertemu denganmu.
Aira, kini ku sudah memasuki semester 4, mungkin sekarang kau sudah semester 6. Wah... sebentar lagi kau akan lulus kuliah bukan? Apakah sudah memiliki pendamping untuk hidupmu Aira?
Hingga kini Aira, aku masih sangat mencintaimu. Tapi aku sudah tak pantas untukmu. Aku sudah merusakmu. Kau akan mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dariku.
 Sudah 3 tahun ini juga aku berusaha melupakanmu, tapi ku tak pernah bisa. Hari-hari ku diliputi olehmu.Aira maukah kau memaafkan ku. Meski kita tak mungkin lagi bersama tapi aku akan selalu cinta padamu.
Hari ini 7 Juni ulang tahunmu. Selamat ulang tahun Aira. Aku ingin menepati janjiku padamu yang dulu. Memberikan kado ulang tahun yang terindah untukmu. Izinkan aku Aira untuk bisa mewujudkannya.
Setelah kau baca suratku ini, ku harap kau menghubungi telponku. Dan berkata kau mengizinkanku.
                                                                                Yafi Magadi

 
Tangisku semakin menerpa, pelukanku semakin  erat ditubuh  April. Yafi tidak tahu betapa setianya Aira padanya. Selama 3 tahun banyak laki-laki yang hadir dikehidupan Aira tak satupun diterima.
“bagaimana Ai?” tanya april padaku
“aku ingin bertemu dengannya pril,”
“ya sudah, sekarang kamu sms dia, suruh dia datang ke kosmu besuk” ujar April sambil memberikan Handpone ku.
Ku ketik sms itu dengan jari jemari yang saling bergemetaran. Ku suruh dia datang ke kos ku  besuk pukul 19.30.
                                                            **** 
Suhu beku menyelimuti jejemariku, ku duduk di balkon kos ku dengan gemetarnya. Jaket biru menghangatkan tubuhku. Jaket ini pemberian dari Yafi, warnanya yang semakin memudar. Jaket pemberian saat ku berulang tahun ini selalu menemani kemanapun aku pergi, menghangatkan tubuh disetiap aku kedinginan.
Jam di tangan ku sudah menunjukan pukul 19.40. sudah lewat 10 menit dia belum juga datang. Apakah dia tidak jadi datang? Apakah dia tidak tau sms dari ku? pertanyaan-pertanyan terus menghantui ku. ku lihat sepeda motor berwarna putih berhenti didepan kos ku. Ku tak peduli siapa yang datang, mungkin bukan dia. Hampir anak kos di sini sudah memiliki pacar semua hanya aku yang selalu di sibukan oleh aktivitas perkuliahan dan organisasi kampus.
“Aira, cepat turun, aku sudah di depan kosmu” sms Yafi mengagetkanku
Aku langkahkan kaki ku menuruni tangga kayu kos ku yang hampir dimakan usia ini. Rasanya aku baru berjalan satu langkah tapi ku sudah berada di depan dia. Ku hanya berdiri terdiam di depannya
“Ayo Aira, lekas naik. Aku ajak kau ke suatu tempat” bibirnya berkata.
Ku langkahkan kaki ku untuk naik ke motornya. Dulu sewaktu aku berpacaran dengannya. Dia ingin sekali memiliki motor ini. Akhirnya sekarang dia memilikinya.
Kami berdua pergi bersama. Dia yang semakin gagah dengan menggunakan motor barunya yang berwarna putih itu. Pakaian kemejanya yang menawan. Sudah banyak berubah dari yang dulu.
Memutari kota Semarang seperti dahulu. Ku ingat kenangan bersamanya. Waktu  pertama kali aku datang di kota Semarang, dia menjemput ku di stasiun poncol. Mengajak ke masjid agung semarang, lawang sewu, lalu makan mie ayam di pinggiran simpang lima. Dengan kesederhanaan dia, aku sulit untuk melupakan kenangan bersamanya. Tapi kini diantara kami hanya diam, terasa kaku...entah apa yang harus kami katakan.
Tak sadar dalam lamunan ku. Ternyata kini aku sudah berada di depan tempat favorit kita dulu. Aku dan dia menyebutnya  “Bintang Semarang” aku suka di tempat ini. Pemandangannya yang bagus sekali. Aku bisa melihat seluruh kota Semarang dari atas ini. Apalagi kalau malam hari tiba. Lampu-lampu yang terlihat seperti bintang yang berkelap-kelip.
  Kami berduapun duduk diatas sebuah batu besar disamping jalan. Hampir setengah jam aku hanya diam. Seperti patung yang terbuang...emmmm,dan akhirnya dia mulai berbicara.
Aira, ma’afkan aku” ucapnya begitu lirih. Suaranya merasuk dalam telingaku masih sama seperti dulu. Aku masih tetap diam. Aku tak mampu menjawabnya.
Aira, pantas kalau kamu begitu marah padaku, aku seorang pengecut”. Lirih tapi sangat keras menerpa. Aku sangat kaget mendengarnya. Aku lirik wajahnya tak ku sangka dia meneteskan airmata.
Yafi, aku tak bisa mengatakan apa yang ku rasa sekarang, betapa bencinya diriku padamu”. Tuturku yang hanya sebuah kemunafikan. Aku berkata benci namun dalam hatiku terselimut cinta dia.
Aira, pantas jika kau begitu membenci ku, aku yang telah menghancurkan mu. Tapi aku mohon ma’afkanlah aku.” Wajahnya mendingkluk menutupi tangisannya.
“Sudahlah Yafi, aku sudah tidak mempermasalahkannya. Memang kesalahanmu membuatku membencimu hingga sekarang. Tapi aku tau kenapa kau bersikap seperti ini. Yafi, aku sudah rela dengan hidupku yang seperti ini. Dosa besar yang kita lakukan dulu. Aku yang membunuh anak ku sendiri.” Kataku padanya
“Aira, kau tidak membunuh dia. Kau mengalami keguguran hebat.” Selanya ditengah-tengah perkataanku.
“Yafi,!!! Aku yang membunuhnya. Aku yang meminum obat untuk menggugurkan kandungan itu. Aku seorang pembunuh!!!” Ucapku dengan nada tinggi diselimuti tangis.
Yafi langsung memeluk tubuhku, mengusap airmataku.
“Aira, maafkan aku. Aku dulu yang memaksamu meminum obat itu.” Pelukannya semakin erat ditubuhku.
“lepaskan pelukanmu Yafi...!. Bantah ku padanya.
“Kita tau kita ini sudah melakukan dosa besar. Dan kita sudah mempunyai kehidupan masing-masing. Aku takkan mengganggumu. Tapi aku ingin kita berteman seperti dulu. Tidak menjauh tak ada kabar seperti ini.” Ujarnya semakin erat memeluk tubuhku.
“Maafkan aku Aira, aku mengerti apa maksudmu. Tapi Aira aku masih mencintaimu. Aku tidak bisa melupakanmu.”
Kini kompas dalam mataku hanya ingin melihatmu, andai aku dapat mengucap “ya abang sayang” Kata-kata yang selalu ku ucapkan seperti dulu. Tapi kini, kita hanya menikmati hidup kita sendiri-sendiri. Haahhh.......Sudahlah, Jangan pernah aku berhayal semua akan kembali seperti dulu.
 Ya Yafi, aku mema’afkan mu. Yang sudah terjadi biarlah terjadi”.  jawab ku dengan berusaha tegar dihadapannya.
“ terima kasih Aira, kamu mau aku ajak jalan-jalan ke kampus ku?  sekalian melihat dimana kos ku, mau ga?”. Tanya dia padaku dengan wajah yang begitu senangnya. Betapa bingungnya diri ini mau jawab apa? Aku takut. Kalau jalan-jalan sama dia, semakin banyak kenangan yang akan terukir.
“ayolah Aira...”ujuknya padaku
“oke lah, boleh juga”tutur ku dengan senyum termanisku padanya.
ku telusuri jalan menuju kos dan area kampusnya, hingga terbaca dalam mata ku sebuah tulisan “ Fakultas Hukum”. Itu merupakan jurusannya yang berada di salah satu Universitas Negeri di Semarang.  Setelah puas jalan-jalan, dia mengantarku pulang. Jarak antara kampus ku dengan dia tidak begitu jauh. Turun dari motornya aku hanya mengucapkan kata terima kasih. Dan langsung masuk ke kos. Tak ada kata yang terucap dari mulutnya. Keadaan yang sungguh berbeda seperti dulu.
                                                            ****
Sudah 4 bulan lamanya aku berhubungan baik dengan Yafi yang hanya sebagai temanku. Tapi  meski kita hanya berteman, kecup bibirku tidak lepas dari kecup bibirnya dan tubuhku. Setiap selesai pergi bersama, dia selalu menyentuh tubuhku dengan lembut dan kecup bibirnya terus menggulung bibir ku. tangannya merasuk dalam setiap lekuk tubuhku.. Hingga aku terbawa dalam kenikmatan bibirnya dan kelembutan sentuhannya. Inilah  yang menjadi pertanyaan besar pada diriku. Sebenarnya aku ini siapa? Apakah aku  seorang pelacur yang memuaskan hasyrat dia? Ataukah dia seperti ini karena sebuah cinta? Aku sudah  jijik dengan keadaan seperti.
 Hari ini 4 Maret 2012 seperti biasa aku jalani rutinitas ku sebagai seorang mahasiswa di perguruan tinggi negeri yang berada di kota Semarang. Alhamdullah  setelah kuliahku selesai hari ini, aku dapat pulang  ke Brebes. Meski waktu 3 bulan hanya di ganti dengan 3 hari. Tapi tidak apalah....yang penting aku bisa bertemu keluarga ku tersayang. Aku pulang ke Brebes dengan kedua sahabatku naik kereta kaligung express.
Wah, pantasnya bukan kaligung express tapi kaligung ngepress. Soalnya didalamnya serba ngepres. Tempat duduk ngepres, udara ngepres untuk bernafas, pemberangkatan ngepress dengan jadwal. Hahaaha....... lengkap sudah ini kereta.
Hampir setengah perjalananku, tiba-tiba aku mendapatkan telpon dari Yafi. Ada apa Yafi telepon? Tidak seperti biasanya. Tanpa ada perasaan ragu-ragu langsung ku angkat. Tapi begitu kagetnya aku ketika yang berbicara sosok perempuan. Siapa perempuan ini?
Aku hanya diam.
“Assalamu’alaikum Aira” ucap seorang perempuan di telpon itu.
“Wa’alaikumsalam, niki sinten nggeh?[1]” tanya ku padanya
“aku Inok, aku pacarnya Yafi.” Jawabnya padaku.
“Oh, ada yang bisa saya bantu  mba Inok?”
“Aira ini pacarnya Yafi ,bukan?
“wah, katanya mba Inok ini pacarnya Yafi, tapi kenapa mba malah tanya aku pacarnya Yafi atau bukan? Aku kira, aku tidak perlu menjawab karena mba Inok sudah tau jawabannya.”
“Ya Aira, aku  mau tanya sama kamu. Apa benar Aira minggu-minggu ini sering jalan bareng sama Yafi?”
“Iya mba benar, saya minta maaf  jika membuat mba Inok cemburu. Saya dan Yafi hanya sekedar berteman.” Tak terasa airmataku  menetes.
“Aira, aku sangat cemburu mengetahui semua  itu. Saya tahu sebenarnya saya tidak pantas untuk Yafi. Saya hanyalah seorang janda beranak satu dan seorang babu sedangkan  Aira seorang Mahasiswa.”
“Mba Inok tidak perlu berkata seperti itu, karena saya bukan apa-apanya Yafi. Kami hanya berteman. Saya adalah Saya, Anda adalah Anda. Kita berbeda, dan keadaan kita berbeda. Perjuangannyapun berbeda. Saya menjadi seorang mahasiswa juga begitu sulitnya. Jadi inilah keadaan kita masing-masing. Jadi tidak perlu dipermasalahkan.” ujarku sudah tak kuat lagi menahan tangis.
“Aira, maafkan  saya  telah lancang. Tapi saya mohon sekali sama kamu. Tolong jauhi Yafi.” Suara rintihan permohonan.
“Ya mba Inok, maafkan saya. Saya akan menjauhi Yafi” Kata ku padanya
“Terima kasih Aira, Wa’alaikumsalam.”
Telponnya tertutup sebelum aku menjawab salam darinya. Gerung airmataku. Ku peluk tubuh sahabatku yang duduk disampingku. Ku menangis dengan kencangnya. Hingga aku menjadi pusat pandangan mata bagi seluruh penghuni gerbong. Yafi berpacaran dengan seorang janda? Ya Allah, ini sebuah tamparan besar bagiku. Kenapa dia berpacaran dengan Janda? Tidak pantas sekali untuknya. Tapi apa bedanya janda itu denganku. Aku juga sudah punya anak. Hanya saja anak itu meninggal karena aku gugurkan. Jadi jauh lebih baik janda itu daripada aku. Mungkin benar... aku hanya dianggap PELACUR baginya.
Semenjak Aira mendapatkan telpon itu dia tidak pernah lagi berhubungan dengan Yafi.
                                                                        ****
            Hampir satu tahun berlalu, aku  tak lagi berkomunikasi dengannya. Setiap hari yang ku lakukan hanya menyibukkan diriku hingga ku terlelep dalam kesakitan tubuhku.  Tubuhku semakin lemah, butuh vitamin hasyrat cinta darinya. Betapa inginnya diriku tuk melupakannya. Hari ini aku mendapatkan gelar sarjanaku. Rona bahagia tampak dirona wajah kedua orang tua ku. Aku lulus dengan predikat cumloud termasuk sarjana muda terbaik. Kepuasan itu tak tampak pada diriku. Ku berharap dihari bahagi ini Yafi hadir dan menemani di wisudaku. Seperti layaknya teman-temanku yang lainnya.
            Setelah lulus aku mengajar disalah satu Sekolah Dasar terbaik di kota Brebes sambil mengambil S2. Umurku terus bertambah tapi tak pernah terfikirkan dalam benakku untuk mencari pasangan hidup. Banyak laki-laki yang hendak melamar dan menikahiku. Tapi aku menolaknya dengan alasan ingin bersekolah terlebih dahulu. Padahal bukan hanya itu alasannya, aku masih menunggu Yafi ke sisiku.
Hari ini sepulang dari mengajar, aku makan ditempat favoritku dulu. Hampir setiap hari aku makan ditempat ini. Hingga penjualnya hafal apa yang aku mau.
“Selamat siang mba Aira, mau pesan seperti biasa?”tawarnya dengan ramah.
“Ya mba, jangan lupa gak pedas ya.” tuturku padanya.
“Okey dec mba Aira” senyum mengantar kepergiannya.
Terlihat lucu sekali pelayan itu, sayang sekali nasibnya harus jadi pelayan. Parasnya yang elok, bibir tipisnya, lesung pipinya. Haduh...sungguh manis anak itu.
Tanpa menunggu lama makanan itu sudah tersaji dalam mejaku. Aku makan begitu lahap. Terdengar suara yang tak asing ku kenali.
“Mba, aku pesan seperti biasa ya.” Ucapnya pada pelayan itu.
“Ya mas Yafi, sudah lama sekali tidak kesini.”
“Hehe, ya mba. Aku baru wisuda kemarin.”jawabnya
“Kamu pesan apa sayang?” tanya Yafi pada perempuan yang disampingnya.
“Aku gak suka sayang, aku minum saja.” Tutur perempuan itu.

            Kini ku sadar siapa yang berada dipojok ruangan itu, ternyata dia Yafi. Ya Allah, kenapa aku harus bertemu dia sekarang ini dengan seorang perempuan apa itu dia janda yang dicintai Yafi. Aku segera menghabiskan makananku. Ku ingin cepat pergi dari sini, jangan sampai Yafi melihatku. Ku lirik dia dengan perempuan itu, sungguh mesranya mereka. Aku tak sanggup melihatnya.
            “Mba.....mba Aira, sini...sini....ada mas Yafi disini.” Teriak gadis itu dengan kencangnya hingga Yafi mendengarnya.
            Wajah Yafi segera melihatku. Hingga wajah kita bertemu dalam satu titik 180 . Aku segera bergegas pergi. Tanpa memperdulikan Yafi.
                                                                        ****
            Sesampainya dirumah, ku rebahkan tubuhku sambil menangis. Rasa cinta ini begitu membuatku terluka. Harus bagaimana aku membunuh rasa cinta ini.
            “Aira, ada tamu” suara mamaku mengagetkanku tiba-tiba.
            Aku segera mencuci muka, sampai tidak terlihat lagi tetessan-tetesan airmata ini. Segera ku temui tamu itu.
            “Aira.....” Suara laki-laki itu memulai memanggilku
            “Yafi?” wajah kagetku tak mampu ditutupi lagi.
            Ulur tangannya menghampiri tanganku. Ku sambut uluran tangan itu.
            “Maafkan aku Aira, sudah lancang sekali aku kesini. Seharusnya aku sudah tidak pantas lagi masuk kerumah ini.”
            “Kamu sudah tau hal itu, kenapa kamu kesini! Ada keperluan apa?” jawabku dengan ketus.
            “Aku ingin meminta maaf.” Yafi Menunduk
            “Sudah berapa banyak kamu minta maaf ke aku? Tak perlu kau minta maaf karena tidak ada yang perlu dimaafkan.”
            “Aira, begitu marahnya kamu ke aku. Izinkan aku untuk menjelaskannya. Aku kesini hanya ingin minta maaf karena aku sudah menyakitimu. Dan bulan depan Insyaallah aku akan menikah Aira.”
            “Oh... Selamat ya, hanya itu yang kamu katakan? Kalau sudah, silahkan keluar dari sini. Karena aku sudah muak sekali melihat kamu dihadapanku.” Tangisan Aira tidak dapat terbendung lagi.
            “Ya Aira, aku akan segera keluar dari sini. Aku minta maaf. Aku berharap kamu datang dipernikahanku. Assalamu’alaikum” ujarnya begitu singkat sambil pergi meninggalkanku.
            Brengsek sekali dia......teganya memperlakukanku seperti ini. Pernikahan dia dengan janda itu akan segera berlangsung. Aku benci Yafi. Ingin aku bunuh Yafi dari hidupku.
                                                                                    ****
            Hampir satu minggu Aira tidak mengajar. Yang dia lakukan hanya mengurung diri dikamar dan menangis. Tidak ada satu orangpun yang berani menegurnya ketika Aira seperti ini.
Malam ini Aira mengibur diri sambil minum es kelapa dipinggir jalan alun-alun kota Brebes. Sudah 4 gelas Aira meminum es kelapa. Tanpa sengaja Aira melihat sosok Yafi dengan perempuan itu tak berada jauh disampingnya.  Airmataku menetes kembali. Ku lihat dia dengan begitu mesranya. Aku begitu marah melihatnya. Tak mampu lagi aku menahan ini. aku sudah kehilangan akalku. Akal ku sudah tercabuk oleh kebrengsekan dia.
            Yafi yang sedang membeli bensin tak jauh dari tempat duduknya itu. Aira segera menghampirinya. Tangis Aira menemani langkahnya. Aira raih korek api yang dipegang laki-laki disamping tempat duduknya. Aira berlari dengan kencang. Aira mendekat ke arah Yafi. Aira pegang tangannya begitu kencangnya.
“Aku sangat mencintaimu Yafi.” Sambil Aira lemparkan korek itu ke arah Yafi. Sayang sekali korek itu jatuh ke arah Aira. Dan membakar seluruh tubuh Aira. Semua orang berteriak melihat kejadian ini. Yafi dengan cepat memadamkan apinya..
“Aira....Aira....bangun.....bangun....!!! maafkan aku Aira......” Rintih Yafi sambil menangis dan memeluk tubuh Aira.
Janda itu hanya diam melihat apa yang terjadi. Segera Yafi bawa tubuh Aira ke rumah sakit. Tapi Aira tidak terselamatkan. Dia meninggal dalam perjalanan.
“Aira, ini semua salahku. Aku sungguh masih menyayangimu. Kenapa kamu harus meninggal Aira? Bangun ......bangun.......bangun Aira!!!” Ucap Yafi pada jasad tubuh Aira.
Jasad Aira dikuburkan diantara kepedihan semua orang yang mencintainya.
                                                            ****
Satu bulan telah berlalu dari meninggalnya Aira. Yafi masih meratapi kesalahannya. Kenapa tidak dia saja yang meninggal dunia? Kenapa harus Aira? perempuan yang sangat dicintainya. Meskipun demikian, Yafi tetap melangsungkan pernikahannya, dengan seorang janda beranak satu yang sangat dikasihinya itu. Dengan tidak mencintai janda itu. Ia hanya merasa kasihan melihat nasib janda itu.
Cinta ini tak pernah tau dimana dia akan berlabuh dan bersandar dalam punggung kehidupan. Cerita cinta antara sang debu pesisir yang menunggu sang angin. Debu pesisir harus pergi meninggalkan sang angin yang sudah lama hilang tak membekas dihidupnya.






[1] Niki sinten nggeh kalimat dalam bahasa jawa yang artinya ini siapa ya?

1 komentar: