Hari
ini aku tak tau apa yang sedang ada
dalam benakku. Ketika angan ku terkena formalin
kebangsatan dunia ini. Mayat hidup yang terus berjalan menyelusuri lorong demi
lorong kehidupan. “Aku mau hidup seribu
tahun lagi” sebuah kalimat yang tersirat dalam puisi chairil amwar ini
rasanya tak pantas menjelma di Era kemunafikan hidup ini. Aku ingin menari
bagai sitren yang begitu lembutnya.
Membuat mata pengunjung terpesona. Kaca mata hitam yang dipakainya membuat dia
seakan tak peduli siapa yang ada di depannya, yang dia lakukan hanya menari dan
menari dengan elok.
Terlihat didepanku amplop berwarna biru kusam, sudah 1
minggu amplop itu berada dimeja belajar kamar kos ku. Setiap hari hanya aku
pegang dan ku tangisi tanpa ku mau membacanya.
“Aira, kenapa kamu belum juga membaca isi amplop itu”
tanya april mengagetkan lamunanku.
“aku tak sanggup membacanya, aku ingin merobek surat ini.
Tapi kenapa tidak sanggup.”tetesan airmataku mengiringi perkataanku.
“sudahlah Aira, kamu coba baca saja surat ini. Barangkali
isinya penting buat kamu. Mungkin Yafi ingin mengatakan sesuatu untuk kamu
Aira. Apa kamu mau surat ini aku bacakan untukmu?” tanyanya sambil memeluk
tubuhku.
Aku hanya menganggukan kepala kecil sebagai isyarat. Aku rebahkan
tubuhku dipangkuan April. April mulai membuka isi Amplop itu. Ku lihat
kertasnya yang lusuh. Ku lirik goresan tulisanya masih sama seperti dulu.
Tulisan yang sulit dibaca, gaya tulisannya yang tegak bersambung.
Untuk : Aira ku tersayang
Di
Debu pesisir cintaku
Assalamu’alaikum,
Lengkung
bibirku tak mampu mengucap, aku terlalu malu padamu. Sudah 3 tahun lamanya
aku meninggalkanmu.bagaimana
sekarang keadaanmu? Masih sama seperti dulu?
Aira yang mampu membuat orang lain tersenyum.
Aku dengar dari Anto sekarang kamu sangat pendiam. Tidak lagi seceriah
dulu. Mungkin kamu sekarang sudah banyak berubah Aira. Apa ini semua karena
aku?
Aku seorang laki-laki brengsek. Aku lari dalam tanggung jawabku.
Ku tinggalkan benih itu dalam perutmu tanpa q bertanggung jawab dan ku pergi entah kemana. 1000 Kata ma’af mungkin takkan bisa mema’afkan
salah ku. Waktu itu umurku masih
18 tahun. Aku belum mampu bertanggung jawab. Aku muak dengan diriku Aira.
Aku malu jika harus bertemu denganmu.
Aira,
kini ku sudah memasuki semester 4, mungkin sekarang kau
sudah semester 6. Wah... sebentar lagi kau akan lulus kuliah bukan? Apakah
sudah memiliki pendamping untuk hidupmu Aira?
Hingga kini Aira, aku masih sangat mencintaimu.
Tapi aku sudah tak pantas untukmu. Aku sudah merusakmu. Kau akan
mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dariku.
Sudah 3 tahun ini juga aku berusaha
melupakanmu, tapi ku tak pernah bisa. Hari-hari ku diliputi olehmu.Aira
maukah kau memaafkan ku. Meski kita tak mungkin lagi bersama tapi aku akan
selalu cinta padamu.
Hari ini 7 Juni ulang tahunmu. Selamat ulang
tahun Aira. Aku ingin menepati janjiku padamu yang dulu. Memberikan kado
ulang tahun yang terindah untukmu. Izinkan aku Aira untuk bisa
mewujudkannya.
Setelah kau baca suratku ini, ku harap kau
menghubungi telponku. Dan berkata kau mengizinkanku.
Yafi
Magadi
|
Tangisku semakin menerpa, pelukanku semakin erat ditubuh
April. Yafi tidak tahu betapa setianya Aira padanya. Selama 3 tahun
banyak laki-laki yang hadir dikehidupan Aira tak satupun diterima.
“bagaimana Ai?” tanya april padaku
“aku ingin bertemu dengannya pril,”
“ya sudah, sekarang kamu sms dia, suruh dia datang ke
kosmu besuk” ujar April sambil memberikan Handpone ku.
Ku ketik sms itu dengan jari jemari yang saling
bergemetaran. Ku suruh dia datang ke kos ku
besuk pukul 19.30.
****
Suhu beku menyelimuti jejemariku, ku duduk di balkon kos
ku dengan gemetarnya. Jaket biru menghangatkan tubuhku. Jaket ini pemberian
dari Yafi, warnanya yang semakin memudar. Jaket pemberian saat ku berulang
tahun ini selalu menemani kemanapun aku pergi, menghangatkan tubuh disetiap aku
kedinginan.
Jam di tangan ku sudah menunjukan pukul 19.40. sudah
lewat 10 menit dia belum juga datang. Apakah dia tidak jadi datang? Apakah dia
tidak tau sms dari ku? pertanyaan-pertanyan terus menghantui ku. ku lihat
sepeda motor berwarna putih berhenti didepan kos ku. Ku tak peduli siapa yang
datang, mungkin bukan dia. Hampir anak kos di sini sudah memiliki pacar semua
hanya aku yang selalu di sibukan oleh aktivitas perkuliahan dan organisasi
kampus.
“Aira, cepat turun, aku sudah di depan kosmu” sms Yafi
mengagetkanku
Aku langkahkan kaki ku menuruni tangga kayu kos ku yang
hampir dimakan usia ini. Rasanya aku baru berjalan satu langkah tapi ku sudah
berada di depan dia. Ku hanya berdiri terdiam di depannya
“Ayo Aira, lekas naik. Aku ajak kau ke suatu tempat”
bibirnya berkata.
Ku langkahkan kaki ku untuk naik ke motornya. Dulu
sewaktu aku berpacaran dengannya. Dia ingin sekali memiliki motor ini. Akhirnya
sekarang dia memilikinya.
Kami berdua pergi bersama. Dia yang semakin gagah dengan menggunakan motor barunya
yang berwarna putih itu. Pakaian kemejanya yang menawan. Sudah banyak berubah
dari yang dulu.
Memutari kota Semarang seperti dahulu. Ku ingat kenangan bersamanya. Waktu
pertama kali aku datang di kota Semarang,
dia menjemput ku di stasiun poncol. Mengajak ke masjid agung semarang, lawang
sewu, lalu makan mie ayam di pinggiran simpang lima. Dengan kesederhanaan dia,
aku sulit untuk melupakan kenangan bersamanya. Tapi kini diantara kami hanya
diam, terasa kaku...entah apa yang harus kami katakan.
Tak sadar dalam lamunan ku. Ternyata kini aku sudah
berada di depan tempat favorit kita dulu. Aku dan dia menyebutnya “Bintang Semarang” aku suka di tempat ini. Pemandangannya
yang bagus sekali.
Aku bisa melihat seluruh
kota Semarang dari atas ini. Apalagi kalau malam hari tiba. Lampu-lampu yang terlihat seperti bintang
yang berkelap-kelip.
Kami
berduapun duduk diatas sebuah batu
besar disamping jalan. Hampir setengah jam
aku hanya diam. Seperti patung yang terbuang...emmmm,dan akhirnya dia mulai
berbicara.
“Aira,
ma’afkan aku” ucapnya begitu lirih. Suaranya merasuk dalam telingaku masih sama
seperti dulu. Aku masih tetap diam. Aku tak mampu menjawabnya.
“Aira,
pantas kalau kamu begitu marah padaku, aku seorang pengecut”. Lirih tapi sangat
keras menerpa. Aku sangat kaget mendengarnya. Aku lirik wajahnya tak ku sangka
dia meneteskan airmata.
“Yafi,
aku tak bisa mengatakan apa yang ku rasa sekarang, betapa bencinya diriku
padamu”. Tuturku yang
hanya sebuah kemunafikan. Aku berkata benci namun dalam hatiku terselimut cinta
dia.
“ Aira,
pantas jika kau begitu membenci ku, aku yang telah menghancurkan mu. Tapi aku
mohon ma’afkanlah aku.” Wajahnya
mendingkluk menutupi tangisannya.
“Sudahlah Yafi, aku sudah tidak mempermasalahkannya.
Memang kesalahanmu membuatku membencimu hingga sekarang. Tapi aku tau kenapa
kau bersikap seperti ini. Yafi, aku sudah rela dengan hidupku yang seperti ini.
Dosa besar yang kita lakukan dulu. Aku yang membunuh anak ku sendiri.” Kataku
padanya
“Aira, kau tidak membunuh dia. Kau mengalami keguguran
hebat.” Selanya ditengah-tengah perkataanku.
“Yafi,!!! Aku yang membunuhnya. Aku yang meminum obat
untuk menggugurkan kandungan itu. Aku seorang pembunuh!!!” Ucapku dengan nada
tinggi diselimuti tangis.
Yafi langsung memeluk tubuhku, mengusap airmataku.
“Aira, maafkan aku. Aku dulu yang memaksamu meminum obat
itu.” Pelukannya semakin erat ditubuhku.
“lepaskan pelukanmu Yafi...!. Bantah ku padanya.
“Kita tau kita ini sudah melakukan dosa besar. Dan kita
sudah mempunyai kehidupan masing-masing. Aku takkan mengganggumu. Tapi aku
ingin kita berteman seperti dulu. Tidak menjauh tak ada kabar seperti ini.”
Ujarnya semakin erat memeluk tubuhku.
“Maafkan aku Aira, aku mengerti apa maksudmu. Tapi Aira
aku masih mencintaimu. Aku tidak bisa melupakanmu.”
Kini kompas dalam mataku hanya ingin melihatmu, andai
aku dapat mengucap “ya abang
sayang” Kata-kata yang selalu ku ucapkan seperti dulu. Tapi kini, kita hanya
menikmati hidup kita sendiri-sendiri. Haahhh.......Sudahlah, Jangan pernah aku
berhayal semua akan kembali seperti dulu.
“Ya
Yafi, aku mema’afkan mu.
Yang sudah terjadi biarlah terjadi”.
jawab ku dengan berusaha tegar dihadapannya.
“
terima kasih Aira, kamu mau aku ajak jalan-jalan ke kampus ku? sekalian melihat dimana kos ku, mau ga?”. Tanya dia padaku dengan
wajah yang begitu senangnya. Betapa bingungnya diri ini mau jawab apa? Aku
takut. Kalau jalan-jalan sama dia, semakin banyak kenangan yang akan terukir.
“ayolah
Aira...”ujuknya padaku
“oke
lah, boleh juga”tutur ku dengan senyum termanisku padanya.
ku
telusuri jalan menuju kos dan area kampusnya, hingga terbaca dalam mata ku
sebuah tulisan “ Fakultas Hukum”.
Itu merupakan jurusannya yang berada di salah satu Universitas Negeri di
Semarang. Setelah puas jalan-jalan, dia
mengantarku pulang. Jarak antara kampus ku dengan dia tidak begitu jauh. Turun
dari motornya aku hanya mengucapkan kata terima kasih. Dan langsung masuk ke
kos. Tak ada kata yang terucap dari mulutnya. Keadaan yang sungguh berbeda
seperti dulu.
****
Sudah
4 bulan lamanya aku berhubungan baik
dengan Yafi yang hanya sebagai
temanku. Tapi meski kita hanya berteman, kecup bibirku tidak
lepas dari kecup bibirnya dan tubuhku. Setiap selesai pergi bersama, dia selalu
menyentuh tubuhku dengan lembut dan kecup bibirnya terus menggulung bibir ku.
tangannya merasuk dalam setiap lekuk tubuhku.. Hingga aku terbawa dalam
kenikmatan bibirnya dan kelembutan sentuhannya. Inilah yang menjadi pertanyaan besar pada diriku. Sebenarnya
aku ini siapa? Apakah aku seorang
pelacur yang memuaskan hasyrat dia? Ataukah dia seperti ini karena sebuah
cinta? Aku sudah jijik dengan keadaan
seperti.
Hari
ini 4 Maret 2012 seperti biasa aku jalani rutinitas ku sebagai seorang
mahasiswa di perguruan tinggi negeri
yang berada di kota Semarang. Alhamdullah setelah kuliahku
selesai hari ini, aku dapat pulang ke Brebes.
Meski waktu 3 bulan hanya di ganti dengan 3 hari. Tapi tidak apalah....yang
penting aku bisa bertemu keluarga ku tersayang. Aku pulang ke Brebes dengan kedua sahabatku naik kereta kaligung express.
Wah, pantasnya bukan kaligung express tapi kaligung
ngepress. Soalnya didalamnya serba ngepres. Tempat duduk ngepres, udara ngepres
untuk bernafas, pemberangkatan ngepress dengan jadwal. Hahaaha....... lengkap
sudah ini kereta.
Hampir setengah perjalananku, tiba-tiba aku mendapatkan
telpon dari Yafi. Ada apa Yafi telepon? Tidak seperti biasanya. Tanpa ada
perasaan ragu-ragu langsung ku angkat. Tapi begitu kagetnya aku ketika yang
berbicara sosok perempuan. Siapa perempuan ini?
Aku hanya diam.
“Assalamu’alaikum Aira” ucap seorang perempuan di telpon
itu.
“Wa’alaikumsalam, niki
sinten nggeh?”
tanya ku padanya
“aku Inok, aku pacarnya Yafi.” Jawabnya padaku.
“Oh, ada yang bisa saya bantu mba Inok?”
“Aira ini pacarnya Yafi ,bukan?”
“wah, katanya mba Inok ini pacarnya Yafi, tapi kenapa mba
malah tanya aku pacarnya Yafi atau bukan? Aku kira, aku tidak perlu menjawab karena
mba Inok sudah tau jawabannya.”
“Ya Aira, aku mau
tanya sama kamu. Apa benar Aira minggu-minggu ini sering jalan bareng sama
Yafi?”
“Iya mba benar, saya minta maaf jika membuat mba Inok cemburu. Saya dan Yafi
hanya sekedar berteman.” Tak terasa airmataku menetes.
“Aira, aku sangat cemburu mengetahui semua itu. Saya tahu sebenarnya saya tidak pantas
untuk Yafi. Saya hanyalah seorang janda beranak satu dan seorang babu sedangkan
Aira seorang Mahasiswa.”
“Mba Inok tidak perlu berkata seperti itu, karena saya
bukan apa-apanya Yafi. Kami hanya berteman. Saya adalah Saya, Anda adalah Anda.
Kita berbeda, dan keadaan kita berbeda. Perjuangannyapun berbeda. Saya menjadi
seorang mahasiswa juga begitu sulitnya. Jadi inilah keadaan kita masing-masing.
Jadi tidak perlu dipermasalahkan.” ujarku sudah tak kuat lagi menahan tangis.
“Aira, maafkan saya
telah lancang. Tapi saya mohon sekali
sama kamu. Tolong jauhi Yafi.” Suara rintihan permohonan.
“Ya mba Inok, maafkan saya. Saya akan menjauhi Yafi” Kata
ku padanya
“Terima kasih Aira, Wa’alaikumsalam.”
Telponnya tertutup sebelum aku menjawab salam darinya.
Gerung airmataku. Ku peluk tubuh sahabatku yang duduk disampingku. Ku menangis
dengan kencangnya. Hingga aku menjadi pusat pandangan mata bagi seluruh
penghuni gerbong. Yafi berpacaran dengan seorang janda? Ya Allah, ini sebuah
tamparan besar bagiku. Kenapa dia berpacaran dengan Janda? Tidak pantas sekali
untuknya. Tapi apa bedanya janda itu denganku. Aku juga sudah punya anak. Hanya
saja anak itu meninggal karena aku gugurkan. Jadi jauh lebih baik janda itu
daripada aku. Mungkin benar... aku hanya dianggap PELACUR baginya.
Semenjak Aira mendapatkan telpon itu dia tidak pernah
lagi berhubungan dengan Yafi.
****
Hampir satu tahun berlalu, aku tak lagi berkomunikasi dengannya. Setiap hari
yang ku lakukan hanya menyibukkan diriku hingga ku terlelep dalam kesakitan
tubuhku. Tubuhku semakin lemah, butuh
vitamin hasyrat cinta darinya. Betapa inginnya diriku tuk melupakannya. Hari
ini aku mendapatkan gelar sarjanaku. Rona bahagia tampak dirona wajah kedua
orang tua ku. Aku lulus dengan predikat cumloud termasuk sarjana muda terbaik.
Kepuasan itu tak tampak pada diriku. Ku berharap dihari bahagi ini Yafi hadir
dan menemani di wisudaku. Seperti layaknya teman-temanku yang lainnya.
Setelah lulus aku mengajar disalah
satu Sekolah Dasar terbaik di kota Brebes sambil mengambil S2. Umurku terus
bertambah tapi tak pernah terfikirkan dalam benakku untuk mencari pasangan
hidup. Banyak laki-laki yang hendak melamar dan menikahiku. Tapi aku menolaknya
dengan alasan ingin bersekolah terlebih dahulu. Padahal bukan hanya itu
alasannya, aku masih menunggu Yafi ke sisiku.
Hari ini sepulang dari mengajar, aku makan ditempat
favoritku dulu. Hampir setiap hari aku makan ditempat ini. Hingga penjualnya
hafal apa yang aku mau.
“Selamat siang mba Aira, mau pesan seperti
biasa?”tawarnya dengan ramah.
“Ya mba, jangan lupa gak pedas ya.” tuturku padanya.
“Okey dec mba Aira” senyum mengantar kepergiannya.
Terlihat lucu sekali pelayan itu, sayang sekali nasibnya
harus jadi pelayan. Parasnya yang elok, bibir tipisnya, lesung pipinya.
Haduh...sungguh manis anak itu.
Tanpa menunggu lama makanan itu sudah tersaji dalam
mejaku. Aku makan begitu lahap. Terdengar suara yang tak asing ku kenali.
“Mba, aku pesan seperti biasa ya.” Ucapnya pada pelayan
itu.
“Ya mas Yafi, sudah lama sekali tidak kesini.”
“Hehe, ya mba. Aku baru wisuda kemarin.”jawabnya
“Kamu pesan apa sayang?” tanya Yafi pada perempuan yang
disampingnya.
“Aku gak suka sayang, aku minum saja.” Tutur perempuan
itu.
Kini ku sadar siapa yang berada
dipojok ruangan itu, ternyata dia Yafi. Ya Allah, kenapa aku harus bertemu dia
sekarang ini dengan seorang perempuan apa itu dia janda yang dicintai Yafi. Aku
segera menghabiskan makananku. Ku ingin cepat pergi dari sini, jangan sampai
Yafi melihatku. Ku lirik dia dengan perempuan itu, sungguh mesranya mereka. Aku
tak sanggup melihatnya.
“Mba.....mba Aira,
sini...sini....ada mas Yafi disini.” Teriak gadis itu dengan kencangnya hingga
Yafi mendengarnya.
Wajah Yafi segera melihatku. Hingga
wajah kita bertemu dalam satu titik 180
. Aku segera
bergegas pergi. Tanpa memperdulikan Yafi.
****
Sesampainya dirumah, ku rebahkan
tubuhku sambil menangis. Rasa cinta ini begitu membuatku terluka. Harus bagaimana
aku membunuh rasa cinta ini.
“Aira, ada tamu” suara mamaku
mengagetkanku tiba-tiba.
Aku segera mencuci muka, sampai
tidak terlihat lagi tetessan-tetesan airmata ini. Segera ku temui tamu itu.
“Aira.....” Suara laki-laki itu
memulai memanggilku
“Yafi?” wajah kagetku tak mampu
ditutupi lagi.
Ulur tangannya menghampiri tanganku.
Ku sambut uluran tangan itu.
“Maafkan aku Aira, sudah lancang
sekali aku kesini. Seharusnya aku sudah tidak pantas lagi masuk kerumah ini.”
“Kamu sudah tau hal itu, kenapa kamu
kesini! Ada keperluan apa?” jawabku dengan ketus.
“Aku ingin meminta maaf.” Yafi Menunduk
“Sudah berapa banyak kamu minta maaf
ke aku? Tak perlu kau minta maaf karena tidak ada yang perlu dimaafkan.”
“Aira, begitu marahnya kamu ke aku.
Izinkan aku untuk menjelaskannya. Aku kesini hanya ingin minta maaf karena aku
sudah menyakitimu. Dan bulan depan Insyaallah aku akan menikah Aira.”
“Oh... Selamat ya, hanya itu yang
kamu katakan? Kalau sudah, silahkan keluar dari sini. Karena aku sudah muak
sekali melihat kamu dihadapanku.” Tangisan Aira tidak dapat terbendung lagi.
“Ya Aira, aku akan segera keluar
dari sini. Aku minta maaf. Aku berharap kamu datang dipernikahanku.
Assalamu’alaikum” ujarnya begitu singkat sambil pergi meninggalkanku.
Brengsek sekali dia......teganya
memperlakukanku seperti ini. Pernikahan dia dengan janda itu akan segera
berlangsung. Aku benci Yafi. Ingin aku bunuh Yafi dari hidupku.
****
Hampir satu minggu Aira tidak
mengajar. Yang dia lakukan hanya mengurung diri dikamar dan menangis. Tidak ada
satu orangpun yang berani menegurnya ketika Aira seperti ini.
Malam ini Aira mengibur diri sambil minum es kelapa
dipinggir jalan alun-alun kota Brebes. Sudah 4 gelas Aira meminum es kelapa. Tanpa
sengaja Aira melihat sosok Yafi dengan perempuan itu tak berada jauh
disampingnya. Airmataku menetes kembali.
Ku lihat dia dengan begitu mesranya. Aku begitu marah melihatnya. Tak mampu
lagi aku menahan ini. aku sudah kehilangan akalku. Akal ku sudah tercabuk oleh
kebrengsekan dia.
Yafi yang sedang membeli bensin tak
jauh dari tempat duduknya itu. Aira segera menghampirinya. Tangis Aira menemani
langkahnya. Aira raih korek api yang dipegang laki-laki disamping tempat
duduknya. Aira berlari dengan kencang. Aira mendekat ke arah Yafi. Aira pegang
tangannya begitu kencangnya.
“Aku sangat mencintaimu Yafi.” Sambil Aira lemparkan
korek itu ke arah Yafi. Sayang sekali korek itu jatuh ke arah Aira. Dan membakar
seluruh tubuh Aira. Semua orang berteriak melihat kejadian ini. Yafi dengan
cepat memadamkan apinya..
“Aira....Aira....bangun.....bangun....!!! maafkan aku
Aira......” Rintih Yafi sambil menangis dan memeluk tubuh Aira.
Janda itu hanya diam melihat apa yang terjadi. Segera
Yafi bawa tubuh Aira ke rumah sakit. Tapi Aira tidak terselamatkan. Dia
meninggal dalam perjalanan.
“Aira, ini semua salahku. Aku sungguh masih menyayangimu.
Kenapa kamu harus meninggal Aira? Bangun ......bangun.......bangun Aira!!!”
Ucap Yafi pada jasad tubuh Aira.
Jasad Aira dikuburkan diantara kepedihan semua orang yang
mencintainya.
****
Satu bulan telah berlalu dari meninggalnya Aira. Yafi
masih meratapi kesalahannya. Kenapa tidak dia saja yang meninggal dunia? Kenapa
harus Aira? perempuan yang sangat dicintainya. Meskipun demikian, Yafi tetap
melangsungkan pernikahannya, dengan seorang janda beranak satu yang sangat
dikasihinya itu. Dengan tidak mencintai janda itu. Ia hanya merasa kasihan
melihat nasib janda itu.
Cinta ini tak pernah tau dimana dia akan berlabuh dan
bersandar dalam punggung kehidupan. Cerita cinta antara sang debu pesisir yang
menunggu sang angin. Debu pesisir harus pergi meninggalkan sang angin yang
sudah lama hilang tak membekas dihidupnya.