Sabtu, 13 Oktober 2012

tentang sang debu_pesisir


Nama saya Ika Silfiana Arifatul Khoiriyah dan biasa dipanggil ika atau silfi. Saya dilahirkan di sebuah desa yang ada di kabupaten Pemalang pada tanggal 7 Juni 1992. Desa yang sangat sering dikunjungi orang-orang untuk berwisata. Karena pemandangan lautnya yang bagus dan terbangun dengan megah water park, desa itu bernama Widuri. Dari orang tua yang boleh dibilang sangat sederhana. Mama dan Papa saya yang sangat saya sayangi. Mereka begitu hebat, mama saya bernama Amiroh dan papa saya bernama Faizin. saya juga mempunyai 2 orang adik yang bernama Syukron Tsani Hidayatullah dan Firda Ikhwatul Musyafa’ah. Kedua adik saya ini menuruni bakat dari papa saya. Meraka berdua sering mengikuti kompetisi sampai tingkat nasional untuk lomba Qiro. Keluarga saya nomer satu di hati saya itulah posisi mereka di hati saya. Mama saya yang bekerja sebagai pedagang baju dan sembako. Beliau jugalah yang  membiayai papa saya hingga lulus SI Pendidikan guru agama. Gaji papa saya yang hanya 100.000/bulan yang harus membiayai ketiga anaknya ini tak mampu membiayai hidup kami. Tapi semangat papa saya yang luar biasa untuk melanjutkan sekolah itulah yang sangat hebat. Sehingga dengan kerja keras mereka harus berjuang mencari tambahan lain. Papa saya menjadi seorang guru yang sangat sabar. Saya ingin seperti beliau. Beliau sudah mengabdi menjadi guru GTT selama 24 tahun didunia pendidikan hingga pada tahun 2010 papa diangkat menjadi PNS. Begitu bahagianya keluarga kami.
Dari saya kecil sering kali orang tua saya berkata, “ mama dan papa rela menjual harta benda kita ini, yang penting kamu dan kedua adikmu bisa bersekolah. Tapi kalian semua harus pintar dan bisa membanggakan orang tua”.Ya Allah...hati saya begitu bergetar, ada semangat tersendiri dalam hati saya. Saya mulai langkah saya untuk belajar, disebuah TK yang bernama TK PAKKIS saya mulai bersekolah. Dengan sepeda federal reotnya, papa mengantar saya sekolah sekaligus beliau berangkat mengajar. Saya duduk di depan beliau, beliau kayuh sepeda tua itu dengan sekuat tenaga. Papa saya mengajar di sebuah SD swasta bernama MA Anwar. Setelah mengajar beliau harus mengajar Qiro’ah diberbagai SMP untuk ekstrakurikuler. Setelah itu beliau bekerja di KUD ( Koperasi Unit Desa ) di Tanjungsari. Selesai TK pada tahun 1998, saya mulai masuk SD. Saya dan kedua saudara saya Vinda dan Fadli mendaftar di SD yang favorit. Saya dan kedua saudara saya pun di terima. Tapi, papa saya berkata lain, beliau menyuruh saya untuk bersekolah di SD MA tempat beliau mengajar. Dengan berbagai macam alasan. Selain tempatnya yang jauh sehingga harus naik becak dengan biaya Rp. 300.000 per bulan. Keadaan ini membuat orang tua saya berfikir panjang. Akhirnya saya menuruti kedua orang tua saya untuk bersekolah disekolah itu. Saya menjadi juara 1 di kelas. Melangkah ke kelas II. Keluarga saya pindah di rumah yang telah dibangun dari hasil keringatnya sendiri. Meski sangat sederhana kami menempati rumah itu. Pindah rumah pindah sekolah itu kalimat yang tepat untuk saya. Saya pindah di SDN 03 Widuri. Dari kelas II sampai kelas VI saya selalu mendapat rangking 3 besar. Hingga saya bisa mempersembahkan beberapa prestasi yaitu Juara 1 Lomba baca puisi SD Se-DABIN II dan Juara 3 lomba Cerdas Cermat SD.
Setelah itu saya melangkahkan kaki saya pada jenjang SMP di tahun 2004. Saya bersekolah di SMPN 2 Pemalang. SMP terfavorit di kota Pemalang. Tidak ada teman SD saya satupun yang melanjutkan di situ. Saya senang sekali bisa bersekolah di situ. tapi saya juga memikirkan apakah orang tua saya mampu membayarnya. Biayanya yang begitu mahal. Alhamdulillah, pada saat itu dagangan mama saya laku berat hingga saya dapat bersekolah, papa pun mampu membeli motor dan saya di belikan sepeda. Pukul 13.30 saya pulang sekolah SMP. Perjalanan dari sekolah sampai rumah sekitar 30 menit. Pukul 14.30 saya harus mengayuhkan sepeda saya untuk sekolah Salafiyah di tingkat Wustho. Seperti kata ayah ku bilang, kamu harus seimbang antara ilmu agama dan ilmu dunia. Meskipun kamu sudah bersekolah SMP, kamu juga harus melanjutkan madrasah ke jenjang wustho. Saya pun menuruti nasehat beliau.  Di pertengahan tahun saya mendapatkan beasiswa sehingga tidak membayar biaya SPP sampai kelas IX. Waktu sekolah SMP ini saya hanya bisa diam tidak bisa mengembangkan apa yang ada pada diri saya. Mungkin secara tidak langsung saya merasa minder dengan siswa-siswa yang lain. Mereka berasal dari orang-orang kaya, ada anaknya Bupati, kepala dinas, kepala pariwisata, dan yang lainnya. Sedangkan orang tua saya hanya berasal dari seorang guru GTT dan pedagang. Selain itu, mereka juga berasal dari SD yang hebat. Sedangkan saya hanya berasal dari sebuah SD desa yang culun dan kumuh. Keberanian belum bisa masuk dalam diri saya. Sedangkan mereka sudah di didik keberanian yang begitu hebat.
Selanjutnya pada tahun 2007, saya bersekolah SMA dan melanjutkan madrasah ke jenjang Ulya. Saya memilih bersekolah di SMAN 2 PEMALANG. Saya memilih bersekolah di SMA itu karena saya tidak mau mengulang  kejadian saya waktu SMP. Dan orang tua saya pun setuju. Ketika saya harus mendaftar ulang ulang sebesar 1.500.000 papa saya tidak mempunyai uang sedikitpun. Di dompet hanya ada 50.000,00. Itupun untuk makan hari ini. Besuk adalah hari terakhir untuk daftar ulang, tapi tidak ada uang sedikitpun untuk membayar. Saya hanya bisa menangis didalam kamar. Saya ingin bersekolah tapi uang tidak punya. Kenapa di dunia ini uang segalanya...? mungkin ini sudah takdir saya untuk tidak melanjutkan sekolah. Sore harinya, saya main ke rumah nenek saya. Beliau bertanya, saya akan melanjutkan sekolah dimana. Saya jawab dengan tangisan. Nenek saya kaget kenapa saya menangis. Saya ceritakan semuanya pada nenek saya. Nenek saya memeluk saya. Beliau ingin saya tetap bersekolah. Kemudian beliau mengeluarkan tabungannya. Padahal uang tabungannya itu berasal dari uang pensiunan kakek saya. Beliau tak pernah merepotkan anak-anaknya. Beliau biayai sendiri keperluan hidupnya. Beliau menyuruh saya besuk untuk mengambil uang di Bank bersamanya. Esok harinya, saya bersama nenek saya mengambil uang. Saya naik sepeda bersama nenek saya. Saya genjot sepeda saya dengan semangat tinggi. Sesampainya di Bank, nenek saya masuk kedalam. Saya menunggu diluar, tak lama kemudian nenek saya keluar. Dan memberi uang sebesar Rp. 500.000. Ya Allah....masih kurang Rp.1000.000, uang dari mana lagi ini. Tidak lama kemudian Hp saya berbunyi, ternyata telpon dari papa. Papa menyuruh saya untuk ke rumah budhe saya. Saya dan nenek saya menuju ke rumah budhe saya dengan menggunakan sepeda. Saya kayuh sepeda saya,entah mengapa air mata ini menetes dengan sendirinya di perjalanan menuju rumah budhe saya.  tidak peduli semua mata menuju pada saya.
Sesampainya di rumah budhe saya, budhe saya memberi uang Rp. 200.000 kepada saya. Kata beliau, beliau hanya bisa membantu sedikit. Tapi bagi ku itu banyak sekali. Saya cium tangan budhe saya, sambil saya ucapkan terima kasih. Sekarang sudah terkumpul uang Rp. 700.000 kurang Rp. 800.000 lagi. Entah bingung sekali pikiran saya, apa yang harus saya lakukan lagi. Dengan uang Rp. 700.000 saya beranikan diri untuk ke sekolah. Sesampainya di sekolah, saya duduk di taman sekolah, saya menunggu papa saya datang. Hampir satu jam saya menunggu papa saya di tempat itu. Tak lama kemudian papa saya datang dengan memakai sepeda. Karena pada waktu itu, motor papa saya sedang di gadaikan untuk menutup modal dagang mama saya. Saya tidak sanggup melihat papa. Saya tahan air mata saya jangan sampai menetes. Saya temui papa saya di parkiran sekolah. Papa saya menjelaskan, bahwa beliau sudah mencari uang kemanapun, tapi tidak dapat. Padahal gaji papa saya sebagai guru GTT selama 5 bulan belum dibayar. Saya dan papa saya bingung sendiri. Harus bagaimana lagi. Setelah itu, kami bersama-sama menemui WAKASEK KESISWAAN SMAN 2 Pemalang.
 Kami menerangkan semuanya, dan alhamdulillah dengan uang segitu saya dapat di terima, tapi dengan syarat sisa kurangannya harus di bayar max. 3 bulan. Tidak jadi masalah, yang penting saya dapat bersekolah. Insyaallah kalau kita sudah ada niat pasti ada jalan. Saya pun dapat bersekolah, dengan sekuat tenaga bagaimana caranya saya dapat membantu orang tua saya untuk meringankan biaya sekolah. Saya ikuti beberapa organisasi yang ada disekolah selama 3 tahun dan di beri amanah sebagai berikut : Kabid. Kepemimpinan ( OSIS SMAN 2 PEMALANG ), Pemangku Adat Pramuka SMAN 2 PEMALANG, Pengurus IKAPRASDA SMAN 2 PEMALANG, Anggota Penyuluhan KAPA Narkoba SMAN 2 PEMALANG, Provost PKS SMAN 2 PEMALANG. Dan saya juga dapat menyumbang beberapa prestasi, antara lain : Juara 1 Lomba baca puisi Se-Kabupaten tingkat SMA, Juara 1 Lomba baca puisi Festival Kabupaten Pemalang, Juara Harapan 1 Lomba puisi Se-Provinsi. Saya juga mendapatkan beasiswa prestasi dengan tidak di bebani biaya SPP sampai lulus dan beasiswa dari pramuka setiap 3 bulan sekali sebesar Rp. 300.000 karena menjadi Bantara teladan. Tidak disangka saya dapat sedikit membantu kedua orang tua saya dengan tidak merepotkan mereka lagi.
Memasuki kelas XII SMA saya mulai berfikir,  bisa atau tidak saya melanjutkan ke Perguruan Tinggi dengan keadaan orang tua saya seperti ini. Tapi, dengan semangat dari orang tua saya, saya percaya pasti bisa. 2 bulan sebelum saya lulus SMA papa saya diangkat menjadi pegawai negeri. Ya Allah, mungkin ini sudah jalan-Mu. Alhamdullah saya bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Di kelas XII SMA ini saya mulai mengenal indahnya cinta. Saya berpacaran dengan teman satu kelas saya. Dia anak yang pintar di kelas, selalu mendapatkan peringkat 3 besar. Sedangkan saya hanya berada di peringkat 15 keatas hahahaha.....sungguh malu sekali saya berpacaran dengan dia. Tapi dia menjadi motivasi saya dalam belajar. Mempersiapkan ujian nasional, hampir tiap hari dia kerumah untuk mengajari saya palajaran yang belum saya mengerti. Karena dia tau, saya tak hanya mempersiapkan ujian untuk SMA tapi saya juga harus mempersiapkan ujian untuk salafiyah juga. Saya harus menghafalkan berbagai macam surat-surat dalam Al- qur’an, do’a-do’a dan nadhom alfiyah. Setiap saya pulang salafiyah, dia menjemput saya sekaligus dia pulang dari lesnya, dia datang kerumah saya. dia mengajari saya. Saya senang sekali, karena ini bukan seperti pacaran anak muda yang lainnya. Di sini kami saling memberi semangat dan motivasi. Saya banyak kemajuan dalam akademik setelah bersamanya. Tapi, cinta itu hanya bertahan satu tahun, setelah kita lulus dan berpisah dengan jarak kamipun putus. Tahun 2010, saya masuk kuliah di IKIP PGRI SEMARANG dengan mengambil program studi PGSD. Sebenarnya dalam benak saya, saya tidak mau sedikitpun menjadi seorang guru, tapi saya ingin seperti papa saya yang begitu sabar. Dan saya ingin membuktikan bahwa guru adalah pekerjaan yang paling mulia. Pahlawan tanpa tanda jasa. Di perguruan tinggi ini saya mengikuti beberapa organisasi, salah satunya adalah racana dan HIMA PGSD. Alhamdulillah, di HIMA PGSD saya di beri amanah untuk menjadi wakil ketua HIMA PGSD. Dan saya merasa senang sekali, karena bisa banyak belajar dan banyak  mendapatkan pengalaman selama saya mengikuti organisasi salah satu nya yaitu Presidium sidang MUBES, 2 kali Presidium sidang KONFERENSI, Presidium sidang KONGRES, Presidium sidang MUSPANDEGA Racana Subiadinata, Delegasi KONGRES PGSD Se-Indonesia, Delegasi Pelatihan Pendidikan Karakter bagi mahasiswa propetis wilayah VI  JATENG. Dan Alhmdulillah saya mendapatkan prestasi dengan menjadi Juara 3 lomba baca puisi tingkat Institut.
Inilah sedikit perjalanan kisah hidupku, dari lahir sampai aku ada di dunia ini untuk menjalani setiap langkah dari setiap garis hidupku. Semoga dapat memjadi motivasi untuk teman-teman semuanya. Terus berusaha pantang menyerah.



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar